• header
  • header

Selamat Datang di Website Resmi SMA NEGERI 1 TAMPAKSIRING | Terima Kasih Kunjungannya.

Pencarian

Login Member

Username:
Password :

Kontak Kami


SMA NEGERI 1 TAMPAKSIRING

NPSN : 50102082

Jl.Pucak Tegeh Manukaya Tampaksiring 80552 Telp (0361) 901957 Fax (0361) 902271


taksuinfo@gmail.com / info@sman1tampaksiring.sch.id

TLP : (0361) 901957


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda tentang Kurikulum Merdeka?
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
  Lihat

Statistik


Total Hits : 526154
Pengunjung : 181453
Hari ini : 36
Hits hari ini : 80
Member Online : 3
IP : 34.239.150.167
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Status Member

Garapan Cipta Karya Seni “Saraswati Natha” Membangun Karakter melalui Tarian




Garapan Cipta Karya Seni “Saraswati Natha” Membangun Karakter melalui Tarian

 

      web2    

 

 

(FLS2N2024).  Sebuah cipta karya seni merupakan perwujudan dari suatu kreativitas dan imajinasi, pengekspresian rasa dan karsa serta dipoles dengan inovasi sehingga menghasilkan suatu karya seni yang indah.   Adalah I Dewa Gede Ngurah Semarabawa, S.Pd. seorang guru seni SMA Negeri 1 Tampaksiring sejak tahun 1999 sampai sekarang, pencipta Tari Saraswati Natha yang didedikasikan menjadi tari maskot/tari kebesaran SMA Negeri 1 Tampaksiring yang dikenal dengan julukan TAKSU ini. Gubahan tari Saraswati Natha ini diresmikan langsung oleh Bupati Gianyar Anak Agung Bharata S.H. sebagai tari maskot/tari kebesaran SMA Negeri 1 Tampaksiring tahun 2015 silam bertepatan dengan HUT SMA Negeri 1 Tampaksiring ke-16. Tentunya suatu kebanggaan tersendiri bagi keluarga besar SMA Negeri 1 Tampaksiring mempunyai tari maskot, Tari kebesaran TAKSU, sebutan beken dari SMA Negeri 1 Tampaksiring yang diambil dari akronim “(Ta)mpa(K)siring (S)MA Sat(U)”

Yang senada dengan semboyan yang dimiliki TAKSU yakni “Adyaphanam Brahma Yadnah” yang bermakna belajar dan mengajar adalah yadnya yang utama. Tari Saraswati Natha ini juga menginterpretasikan esensi dan institusi pendidikan sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan serta menumbuhkan kreativitas dan membangun karakter generasi muda dalam kapasitasnya sebagai siswa, dan sebagai rasa syukur serta penghormatan terhadap ilmu pengetahuan yang mencerahkan kehidupan yang disimbolisasikan dalam wujud Dewi Saraswati bagi umat Hindu, papar Pak Ngurah, sapaan akrabnya di sekolah.  Hal ini juga relevan bila ditelisik dari arti kata “Saraswati Natha” yakni Saraswati dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan Natha berarti Raja. Jadi dapat disimpulkan bahwa Saraswati Natha berarti raja dari ilmu pengetahuan atau ilmu pengetahuan itu ibarat raja yang bijaksana yang memberi kemakmuran dalam kehidupan. Bila ditelusuri lagi dari asal kata, mengutif dari https://www.wisdomlib.org bila diambil arti dari bahasa Sansekerta “Saraswati” Berarti sesuatu yang mengalir secara terus menerus, dan kata “Natha” memiliki arti seorang pemimpin. Makna tersebut diilustrasikan dengan gerak dan properti pada tarian Saraswati Natha.

Menurut Pak Ngurah, Pria Kelahiran 30 Desember 1965 ini, bahwa dalam penciptaan Tari Saraswati Natha sedikit berbeda dengan proses penciptaan tari kreasi lainnya dimana prosesnya diawali dengan mencari tema yang sesuai dengan filosofi pendidikan yang berkarakter dan berbudaya. Tema yang digunakan dalam tarian ini adalah tema literal karena gerakan dari tari ini mengandung pesan khusus yaitu bentuk pemujaan kepada Dewi Saraswati sebagai Dewi ilmu pengetahuan, ungkapnya ditengah-tengah wawancara di ruang tamu SMA Negeri 1 Tampaksiring (Kamis, 28 Maret 2024). Proses penciptaan tari ini berlanjut ke tahap berikutnya yaitu mencari referensi, membuat sinopsis, membuat pola lantai, merangkai gerak, menyesuaikan karakter, mencari penari, menyesuaikan musik pengiring, dan menata kostum, terang Bapak Ngurah yang juga pemilik Sanggar Krisma Tampaksiring ini. Tari Saraswati Natha ditarikan oleh lima orang penari putri yang harus mampu menjiwai tarian yang mereka bawakan dalam satu kesatuan yang estetis. Musik pengiring dari tarian ini dimainkan oleh Kerawitan TAKSU menggunakan alat musik gamelan gong kebyar.

Keunikan tari Saraswati Natha terletak pada kostum dan properti yang digunakan, tarian ini menggunakan properti rebab yang mampu diselaraskan dengan eksotis oleh Pak Ngurah, Guru Seni yang sekaligus merangkap sebagai Waka Kesiswaan dan Koordinator Ekstra Kurikuler di SMA Negeri 1 Tampaksiring ini.  

Ketika ditanya dari mana dan bagaimana Pak Ngurah dapat imajinasi serta kreativitas seni sebegitu luasnya, Guru Seni lulusan  S1 IKIP PGRI Bali 1996 ini menuturkan bahwa segala imajinasi, kreativitas dan inovasi yang dimiliki saat ini adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan peran yang telah dilakoni sepanjang perjalanan hidupnya terutama saat memutuskan menggeluti seni semenjak  kelas 4 SD yang dimulai dari mengikuti lomba janger tingkat SD dan meraih juara II se-Kabupaten Gianyar pada tahun 1976.  Bercita-cita menjadi seorang guru sejak kecil yang terinspirasi oleh orang tuanya yang juga seorang guru, bakat seni khususnya senit tari, dan motivasi serta dukungan keluarga semakin memantapkan hati beliau menggeluti bidang berkesenian.  Hal lain yang juga membentuk jati diri adalah berbagai tantangan yang dilalui di masa-masa menempuh pendidikan formal yang diantaranya adalah kurangnya fasilitas pendidikan pada zaman dulu yang tidak seperti era sekarang yang sudah didukung oleh transportasi, komunikasi dan media sosial yang sudah sangat canggih. Terbatasnya fasilitas pendukung atau properti dalam berkesenian yang pada zaman itu  fasilitas pendidikan juga masih jauh bila dibandingkan sekarang tidak menghalangi untuk  berproses, bahkan justru membangkitkan kreatifitas dan eksperimen yang tinggi sehingga tidak menghentikan kita untuk bertumbuh kembang khususnya dalam bidang berkesenian pada masa itu. tuturnya mengenang  perjalanan dan perjuangannya di masa lalu yang notabene beliau berasal dari Desa, tepatnya dari Banjar Tengah – Tampaksiring.  “Bapak berasal dari Desa yang jauh dari fasilitas pendidikan terutama pendidikan menengah lanjutan apalagi perguruan tinggi,  dan lagipula masa-masa SD dan SMP yang sarana transportasi maupun teknologi komunikasi yang sangat minim. Ke mana-mana Bapak sering jalan kaki, harus janjian dan komit untuk latihan di Banjar dan sebagainya. Namun Bapak tetap semangat karena kecintaan dan keyakinan Bapak terhadap seni.” Begitu penggalan ucapannya yang mengharukan, bila dibayangkan dan dibandingkan dengan keadaan saat ini.  Lebih lanjut Pak Ngurah yang juga sempat mengenyam pendidikan D2 FKIP UNUD Singaraja tahun 1988 ini memaparkan berbagai   garapan seni yang beliau pernah garap yakni menggarap tari kreasi bersama teman-temannya saat masih bersekolah di SMKI Negeri Denpasar angkatan tahun 1986 dan kuliah di IKIP PGRI sebagai tugas akhir perkuliahan. Kemudian pada tahun 1996 menggarap janger di SMA Amarawati Tampaksiring. Pada tahun 2001 menggarap tari Kecak di SMP Negeri 1 Tampaksiring dalam rangka lomba tingkat Kabupaten Gianyar yang mana SMP Negeri 1 Tampaksiring juga merupakan tempat beliau mengenyam pendidikan menengah pertama tahun 1982 silam. Menciptakan lagu   Mars SMA Negeri 1 Tampaksiring pada tahun 2002. Pernah menggarap Pragmentari Balaganjur dalam rangka pawai HUT kota Gianyar pada tahun 2005 dan berlanjut di tahun 2006 menggarap pawai PKB Kecamatan Tampaksiring mewakili Kabupaten Gianyar di Provinsi Bali. pada tahun 2015 mencipta Hymne SMA Negeri 1 Tampaksiring   yang berkolaborasi dengan Drs. Made Yudiastika (guru Biologi yang juga piawai memaingkan Gitar dan Keyboard) dalam aransemennya yang mana Mars dan Hymne SMA Negeri 1 Tampaksiring ini telah ditayangkan di BaliTV serta dipublikasikan pada kanal Youtube BaliTV. Dan sekaligus juga Tari maskot yang bertajuk Saraswati Natha ini juga digarap saat itu berkolaborasi dengan Made Yoga Semadi, S.Sn., yang berasal dari Kecamatan Tegallalang dalam aransemen musik pengiringnya yang menggunakan instrumen tabuh karawitan.  Berkolaborasi dengan seniman di wilayah Kabupaten Gianyar diantaranya Wayan Darya, S.Sn., Ketut Darya, S.Sp. Putu Ayu Lestari S.sn, Made Yoga Sumadi, S.Sn. Hampir seluruh seniman di Kecamatan Tampaksiring juga pernah diajak kolaborasi dalam berbagai gubahan seni. Yang unik juga, Pak Ngurah   yang tahun 2008 dianugrahi penghargaan “Wija Kesuma” dalam bidang seni tari bersama 7 seniman dari Kecamatan lainnya di Gianyar oleh Bupati Gianyar ini, pernah berkolaborasi dengan grup Teater Ygramul dari Italia pada tahun 2010pada saat mereka mengikuti Workshop di Sanggar Seni Krisma Tampaksiring, sanggar seni yang Dimilikinya bersama keluarga. Kata Pak Ngurah: “Setiap kolaborasi bagi Bapak semuanya berkesan, tetapi kalau dengan grup teater Ygramul dari Italia  kesan lainnya adalah karena mereka berasal dari luar negri , yang menambah kebanggaan Bapak sebagai pelaku seni dan itu juga menandakan seni itu universal” tuturnya dengan  binar. “Dan saat itulah juga tercetus kata GESTRA, SINETRA, WASA-WASA yang menjadi semacam Tradmark Gerak Jalan TAKSU”, imbuhnya. Yang mana Gerak Jalan TAKSU sekaligus juga dihantarkan oleh Pak Ngurah bersama timnya menjuarai event Gerak Jalan baik kategori “Gerak Jalan Indah” maupun “Gerak Jalan Tepat Waktu”  tingkat Kabupaten Gianyar baik putra maupun putri hingga beberapa kali. Tak ketinggalan pula LKBB TAKSU dihantarkan menjadi juara favorit tingkat Provinsi pada tahun 2022.

Dengan segudang pengalaman dan sejumlah karya serta kolaborasi dan konsistensinya dalam bidang seni tersebut, wajarlah Pak Ngurah mampu menciptakan karya yang eksotis dan mewah yang tertuang dalam Tari Saraswati Natha yang digubahnya sebagai maskot SMA Negeri 1 Tampaksiring. Selain sekedar menampilkan keindahan yang kasat mata dan telinga yang terpadu dalam karya itu sendiri, yang tidak kalah penting dan esensial adalah menyelipkan pesan dan kesan kepada masyarakat penikmat seni, khususnya siswa-siswi sebagai penghormatan dan pemujaan terhadap Dewi Saraswati sebagai simbol ilmu pengetahuan serta memohon anugrah agar diberi keberlimpahan kecerdasan. Sselain itu agar kita memandang ilmu pengetahuan itu indah dan mengalir serta akan memberi penerang jiwa dan menuntun kita dalam menjalani kehidupan di masa depan.

   Terlihat jelas Tari Saraswati Natha mempunyai karakter yang kuat, memiliki kekhasan tersendiri serta keindahan seni yang terpadu dari berbagai unsur baik gerak, properti, rias busana, koreo serta iringan musiknya. Hal ini menggambarkan betapa seni itu menyatukan segala perbedaan yang ditata dengan apik dapat membentuk karakter tersendiri.  Sebagaimana dinyatakan oleh Pak Ngurah bahwa seni itu universal , seakan menegaskan bahwa seni dapat menyatukan perbedaan. Apalagi di negeri kita yang majemuk ini tentu kisah, pengalaman, semangat pantang menyerah serta karya Pak Ngurah dapat dijadikan inspirasi bagi kita semua untuk semangat serta terus belajar dan meraih cita dan prestasi serta terus berkarya, menjaga dan mewujudkan persatuan melalui berkesenian di atas segala perbedaan tradisi, suku, daerah dan lain sebagainya yang mana Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Meraoke memiliki keunikan seni dan budaya masing-masing.   Betapa indahnya Indonesia dengan beribu ragam seni dan budaya bila dapat berkolaboratif antar talenta seni sehingga semakin memperkaya keragaman dan kekayaan bangsa dengan identitasnya sebagai negara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan ideologi Pancasila yang adi luhung.  Apapun seni itu baik, seni gerak, musik, lagu, rupa, lukis dapat berkolaborasi dan memberi warna serta nilai tersendiri sebagai suatu kemajemukan yang bila ditata dan dirawat akan menyatukan negeri melalui karya seni dalam masyarakat madani dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Ni Luh Wayan Asyawati – SMAN1 Tampaksiring)




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas