• header
  • header

Selamat Datang di Website Resmi SMA NEGERI 1 TAMPAKSIRING | Terima Kasih Kunjungannya.

Pencarian

Login Member

Username:
Password :

Kontak Kami


SMA NEGERI 1 TAMPAKSIRING

NPSN : 50102082

Jl.Pucak Tegeh Manukaya Tampaksiring 80552 Telp (0361) 901957 Fax (0361) 902271


taksuinfo@gmail.com / info@sman1tampaksiring.sch.id

TLP : (0361) 901957


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda tentang Kurikulum Merdeka?
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
  Lihat

Statistik


Total Hits : 541832
Pengunjung : 189414
Hari ini : 53
Hits hari ini : 171
Member Online : 3
IP : 18.97.9.169
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Status Member

Membuat Mata Pelajaran Sejarah Disenangi Pelajar




Banyak siswa menganggap sejarah sebagai pelajaran yang membosankan. Hal tersebut lantaran mereka dituntut untuk menghafal berbagai materi menyangkut nama orang, tempat dan waktu sejarah, hingga latar belakang penyebab suatu peristiwa. Cara mengajar guru yang kurang inovatif bahkan sering membuat siswa mengantuk saat belajar sejarah.

Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Hilmar Farid mengungkapkan, sebenarnya minat generasi muda dan pelajar terhadap sejarah semakin lama semakin meningkat. Bahkan, saat ini Kemdikbud menggandeng keterlibatan pelajar melalui Pramuka untuk pelestarian cagar budaya.

"Minat sejarah meningkat, walaupun tidak persis sebagaimana diajarkan di sekolah. Jadi sekarang ini akses sejarah semakin mudah. Ditambah dengan informasi melalui internet juga akses menuju ke suatu tempat tidak sesulit sejarawan atau peneliti terdahulu," tuturnya di Gedung E Kemdikbud, Jakarta, Senin (23/5/2016).

Sedangkan Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia (UI), Profesor Dr Susanto Zuhdi berpendapat, belajar sejarah itu menyenangkan tergantung caranya. Kendati demikian, dia tak menampik bahwa sejarah masih dijadikan sebagai ilmu yang soft, tak seperti ilmu-ilmu alam.

"Permasalahan lain adalah menyangkut dikotomi antara sejarawan ilmu dan pendidikan. Di pendidikan sejarah, yang lebih ditekankan dalah pendagoginya atau bagaimana metode mengajar sejarah. Sedangkan mereka kurang mendalami ilmu dan materi sejarah itu sendiri," ucapnya.

Susanto menambahkan, oleh karena itu para sejarawan dan kalangan pendidik harus berkolaborasi, misalnya dalam penyusunan kurikulum. Sehingga, ilmu sejarah termasuk teori dan substansi dapat ditransformasikan dalam pendidikan.

Hal senada juga disampaikan sejarawan, Anhar Gonggong. Menurut dia, butuh lebih dalam pemahaman menyangkut sejarah. "Bagaimana mau menerangkan sejarah kalau pengetahuan guru kurang. Di sisi lain metode pengajaran juga penting. Pendidik harus bisa menyampaikan sejarah dengan cara menyenangkan," tukasnya.

okezone.com




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas